Saya
adalah orang yang kurang pandai menahan kapasitas rindu. Dan senja kali ini,
rinduku berlebih, yang bahkan “Pensieve”
Albus Dumbledore mungkin kurang besar untuk menampungnya. Jadi saya coba
menuliskannya saja.
Semalam
saya bermimpi, ini ceritanya.
Di
sebuah taman bermain berjalanlah sepasang mantan kekasih yang sepakat berkencan
untuk yang terakhir kali, memastikan getaran perasaan sebelum mengambil jalan
menuju kisah barunya masing-masing. Mereka berjalan riang sampai akhirnya
memutuskan untuk duduk di sebuah bangku taman di bawah pohon Tectona Grandis yang luar biasa rindang.
Mereka membicarakan banyak hal seperti biasanya, seperti dulu saat masih
bersama. Sampai di ujung hari yang disepakati mereka berpelukan erat. Pelukan
terakhir. Matahari senja membuat siluet sepasang mantan kekasih yang sedang
berpelukan itu menjadi sangat indah, seperti lukisan karya pelukis kenamaan.
Jeda yang cukup lama, mereka mengakhiri pelukan itu sambil lalu menyeka mata
malu-malu sambil lalu tersenyum canggung. Singkat cerita kedua punggung
merekapun menjauh.
Saya
terbangun bingung, menccoba mengingat kembali mimpi itu. Samar, lalu mulai
jelas. Ada wajah kita berdua di mimpi itu. Mimpiku.
***
Hey
kamu! Dimanapun kamu berada saat ini, disinilah saya, di tempat paling tinggi
dari daftar orang yang merindukanmu.Bahagia ya disana.
Post scriptum:
Tulisan ini ditulis sambil mendengarkan
suara syahdu Landon Pigg – Falling in love at coffee shop J
