Di
suatu pagi saat menikmati kopi di warung pinggiran sungai Balayan, Kutai Timur,
gue terlibat obrolan menarik dengan Si Ibu penjual. Obrolan yang dimulai ketika
Si Ibu sambil masak bercerita tentang anak bungsunya yang ketika ditanya
bercita-cita jadi apa, si anak langsung menjawab “Jadi Cesar YKS!”. Absurd. HAHAHA
Padahal dulu waktu kita ditanya mau jadi apa? Pasti jawab, kalo nggak jadi
Dokter, astronot ya polisi.
“Acara
Tv yang diikuti anak-anak sekarang emang nggak mendidik Bu. Saya aja udah lama
malas nonton Tv” Gue berujar sambil nyengir.
“Iya
gitulah dek, sekarang anak-anak ngikutin yang ada di Tv, kalo dilarang nonton,
Mamanya dibilang nggak gaul. Kemarin aja saya tawari beli gitar dia nggak mau,
maunya malah dibelikan baju Cesar” Kata Si Ibu kesal. Lagi-lagi
gue nyengir dengernya. Obrolan
lucu ini berlanjut dan berkembang membahas banyak hal. Hingga akhirnya kami
membahas realita remaja saat ini.
“Kalo
disini anak muda-nya nakal-nakal dek, keliatan dari penampilannya aja udah
nggak bener. Padahal Ibu tuh suka-suka aja sama anak yang nakal, asal nakalnya
baik.
“Nakal
baik tuh yang kayak gimana Bu? Hehehehe”
“Ya
boleh aja nakal asal ada batasannya dan pinter di sekolah dek. Kalo anak-anak
disini tuh nakalnya udah kelewatan. Sering mabuk, judi, kelahi macam-macam deh”.
Keluh Si Ibu masih sambil memasak.
Asik
menyeruput cangkir kopi gue tersadar oleh sesuatu, kata-kata Si Ibu sepertinya nggak
asing di telinga gue. Ya, gue pernah denger kata-kata semacam itu dari
perempuan yang paling gue sayang di dunia ini, Mama.
=======================================================
SMA
kelas 1 gue di skorsing 3 hari karena bolos sekolah satu minggu berturut-turut.
Saat itu lagi jamaan
game online, hal yang bikin gue lupa
sekolah. Karena kelakuan gue itu, Mama dipanggil menghadap Wali Kelas. Gue
nunggu dengan pasrah di luar kantor wali kelas, sudah siap jika dimarahi separah-parahnya.
Sampai akhirnya Mama keluar dan dia sama
sekali nggak marah, dia malah tersenyum, manis sekali. Gue diajak makan siang
di kantin sekolah. Di sela waktu makan tiba-tiba Mama bilang,
“Sandi
kan laki-laki, wajar kalo nakal. Sandi boleh kok nakal senakal-nakalnya, asal
Sandi pinter di sekolah ya.”
Gue
cuma diam, Mama lanjut menasehati,
“Silahkan
Sandi bergaul sama siapa saja, dimana saja, kapan saja, Mama nggak akan
ngelarang. Mama cuma pesen 4 hal yang harus Sandi jauhi: Narkoba, rokok, mabuk
dan mainin perempuan. Mama kan perempuan jadi perlakukan perempuan kayak kamu
perlakukan Mama ya! Mama percaya kamu” Tuturnya sambil tersenyum, manis sekali
Waktu
itu gue berkaca-kaca. Hmm.. Oke jujur, gue nangis.
Kejadian
itu adalah titik balik perubahan cara pandang gue. Ya, selama di SMA gue masih
nakal, gue masih sering bolos sekolah, masih sering pulang malam ke rumah, masih
sering nginap di rumah temen. Tapi toh gue selalu sukses membuat Mama tersenyum
di hari pengambilan rapot. Walaupun nggak dapat ranking, toh nilai gue selalu
bagus. Sampai pada akhirnya gue bisa kuliah di salah satu Perguruan Tinggi
Negeri terbaik di Indonesia (IPB), lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif yang
baik dan langsung diterima kerja di salah satu perusahaan karet terbesar di
Indonesia.
Ya,
sejak saat itu gue janji sama diri sendiri nggak akan bikin Mama kecewa lagi.
Mama percaya sama gue dan gue harus setia pada kepercayaannya. Gue ingin selalu
jadi alasan di balik senyum wanita itu. Sekarang
gue kerja di Kutai Timur dan hampir satu tahun jauh dari Mama. Di setiap telpon
dia masih berpesan hal yang sama. Gue
terlalu pemalu untuk bilang hal ini dan mungkin tulisan ini bisa membantu
menyampaikan isi hati gue ke beliau.
“Iya
Mama, sejak nasehat Mama dulu sampai detik ini aku nggak pernah sekalipun
nyentuh Narkoba dan rokok, pernah minum tapi nggak pernah sampe mabuk dan
sampai detik ini sedikitpun aku nggak pernah menyakiti hati perempuan.”
=======================================================
Ah,
kopinya sudah habis. Si Ibu masih sibuk melayani pembeli yang mayoritas
anak-anak sekolah. Gue beranjak dari kursi warung menyerahkan uang dua puluh
ribuan ke Si ibu yang sekelebat mengingatkan gue sama Mama.
“Makasih
ya Bu, kopinya enak banget”
Si
Ibu membalas dengan tersenyum, manis sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar