15.10.12

Manchester United and I

1996, sebuah tendangan David Robert Joseph Beckham melambung indah dari garis tengah lapangan  berujung di jaring gawang Wimbledon. Komentator kegirangan berteriak "That absolutely brilliant". Sekumpulan pria-pria dengan jersey merah berlarian memeluk si penendang yang sedang mengangkat kedua tanganya ke udara membentuk huruf “V”, lambang Victory.

I’m in love at first sight!
 
Dibesarkan dalam rumah yang bernahkodakan seorang fans United, terpaksalah saat SD, tiap malam minggu saya dicekoki match-match United dan sejak gol fenomenal Beckham ke gawang Wimbledon itu, jadilah saya menyukai dan menjadikan United sebagai tim yang saya dukung di olahraga sepakbola.

1998, Suka berubah menjadi cinta di musim United dengan Fergie Babe’s nya tidak hanya memenangkan setiap pertandingan yg dihadapi, tapi juga memenangkan hati saya dengan filosofi permainan menyerang bertumpu pada kedua winger. Permainan yang sampai saat ini (menurut saya) adalah permainan terbaik dan terindah yang pernah ada di jagad raya. Mengalahkan Total Football Belanda, Tiki-taka ala Barcelona ataupun Catenaccio Italia.

Mengandalkan dua goalgetter kembar sejajar Cole dan Yorke yang handal di udara dan sempurna dalam kombinasi. Didukung dua sayap super yang jauh berbeda. Giggsy dengan kecepatan dan Sihir-nya berlari menusuk sisi  kanan pertahanan lawan. Lalu Beckham dengan berkat Tuhan di kaki kanan-nya mampu mengirim umpan kemana saja sesuka hatinya, yg (biasanya) dengan mudah dikonversi siapapun untuk menjadi gol. Kedua sayap super ini dihubungkan duet CMF terbaik yang pernah ada di dunia.  Paul Scholes dengan kejeniusanya membaca permainan, killer pass berdaya jangkau luas dan “Rocket Shoot” dari luar kotak penalti yang menjadi special ability-nya. Roy Keane tidak perlu jadi jenius, tidak perlu mempunyai teknik tinggi untuk menjadi penting di United baginya. Dengan sepatu dan Jersey yang selalu kotor, dia berkeliaran kemana saja menghancurkan siapa saja yang berada di wilayah kekuasaanya. Empat bek dibelakang berdiri kokoh, dua di tengah bagaikan benteng menara yang ditakuti deretan striker lawan, Jaap Stam dan Ronny Johnsen. Dua di sisi adalah duo Hobbit G.Neville dan Irwin yang kuat bertahan dan cepat dalam membantu serangan. Lini pertahanan disempurnakan dengan berdirinya kiper terbaik yang pernah dimilikki United, Peter “The Great DaneSchemeichel  dibawah Mistar United. Starting XI mewah itu dilapis Super Sub yang juga tidak kalah mewah ada Seringham, Jesper Blomqvist, Nicky Butt, P.Neuville, Wes Brown dan aktor utama di bench United "The Baby Face Assasin" Ole Gunnar Solksjaer. Dengan racikan pelatih tersukses dalam sejarah sepakbola Inggris Raya Sir Alex ferguson, jadilah skuad ini menjadi tim terbaik yang pernah ada di dunia.

Puncaknya saat menonton Final UCL 1998/99 bersama keluarga. Untuk pertama dan sekali seumur hidup (sepertinya) air mata keluar untuk sebuah pertandingan sepakbola. Saat Gol Solskjaer memastikan gelar ketiga United di musim itu. Ketiga laki-laki satu rumah penggemar United itu berteriak puas tidak kalah dengan ribuan penonton yang ada di Nou Camp.

2013, kisah emas terus berlanjut, gelar demi gelar hadir, namun sering juga kegagalan dihadapi. Tapi United tetap United, sebuah tim dengan jersey merah kebangaan, dengan filosofi, sejarah dan daya magisnya. Membuat kita panik, sport jantung dan segala efek dramatis dalam setiap pekan yang mereka sajikan, namun dibuat tersenyum puas pada akhirnya. Persis quote dari legenda Chelsea,

When Manchester United are at their best I am close to orgasm

- Gianluca Vialli






...