10.7.11

Skripsweet - ku

Peran Perempuan Dalam Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
(Studi Kasus KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur)


A. Latar belakang

Pada umumnya pengelolaan hutan di Indonesia sendiri dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat lokal sekitar hutan. Mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan hutan tidaklah sekedar untuk menunjukan adanya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan semata, akan tetapi lebih ditekankan pada kepentingan mendesak, mengingat masyarakat desa sekitar hutan merupakan orang yang paling dekat dengan sumberdaya alam (SDA). Kegiatan pengusahaan hutan membutuhkan partisipasi masyarakat pria dan wanita. Walaupun banyak bukti menunjukan bahwa wanita mampu bekerja mencari nafkah di bidang pertanian, kehutanan, peternakan, dan lainnya, namun peran wanita seringkali diabaikan dan tidak dilihat dalam proyek-proyek pembangunan (Suharjito 1996).

Pemerintah dan pakar pada umumnya mengabaikan kepentingan perempuan dalam rumah tangga pertanian. Pemerintah senantiasa beralasan bahwa kebijakan pembangunan netral gender, namun kebijakan ini berdampak negative yaitu menimbulkan ketidakadilan gender yang menghambat terwujudnya kualitas sumberdaya manusia (SDM) dan kesejahteraan keluarga pertanian di Indonesia (Mugniesyah & Fadhilah 2001)

Mugniesyah (1995) melaporkan bahwa program yang telah dilaksanakan pemerintah tidak menyentuh rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan dan anggota rumah tangga perempuan lainnya. Sebagaimana halnya studi gender dalam pertanian, ditemukan bahwa sekalipun kontribusi perempuan terhadap usaha tani cukup nyata bahkan dijumpai lebih besar disbanding pria, namun mereka belum mempunyai akses dan kontrol terhadap informasi dan teknologi. Hal ini terjadi karena wanita tidak menjadi kelompok sasaran dalam kegiatan penyuluhan sistem latihan dan kunjungan, sementara pria sebagai anggota kelompok tani tidak semuanya berbagi pengetahuan dan keterampilan dengan istri-istri mereka. Selain itu, intervensi dari berbagai instansi, rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan serta pengaruh adat budaya masyarakat menjadi faktor penting lain yang menjadikan kurangnya melibatkan perempuan dalam program pembangunan.

Molnar dan Schreiber (1989) diacu dalam Suharjito (1994) memberikan beberapa catatan bagaimana proyek kehutanan dapat memaksimumkan penghasilan suatu investasi dengan melibatkan wanita. Pertama, jika preferensi produk dan jenis bagi wanita turut dipertimbangkan, mereka akan lebih bersemangat untuk bekerjasama dalam mencapai sasaran-sasaran proyek secara keseluruhan. Kedua, jika kegiatan-kegiatan direncanakan seputar jadwal wanita mereka akan lebih mempunyai waktu untuk dicurahkan pada kegiatan tersebut. Ketiga, rumah tangga yang dikepalai wanita (atau rumah tangga tanpa pria dewasa) mungkin merupakan presentase terbesar di wilayah proyek. Jika mereka dapat berpartisipasi penghasilan proyek akan meningkat. Keempat, wanita dapat membangkitkan pendapatan rumah tangga secara signifikan jika bahan baku untuk industry rumah tangga tersedia.

Menurut Hadjar (1992) diacu dalam Ridwan (1997), keterlibatan perempuan dalam pekerjaan mencari nafkah yang menghasilkan pendapatan rumah tangga berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan di dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk pengambilan keputusan jumlah anak. Wiryono (1994) diacu dalam Ridwan (1997) menyatakan bahwa besarnya kontribusi pendapatan yang diterima perempuan terhadap ekonomi rumah tangga berpengaruh pula pada pola pengambilan keputusan suami istri dalam berbagai kegiatan rumah tangga.

Dengan berubahnya pola pengelolaan hutan dari Timber Based Management menjadi Community Based Forestry, menjadikan peran perempuan semakin penting. Kedekatan perempuan dengan sektor pangan dan sumberdaya lahan menjadikan posisi perempuan semakin kuat dalam kegiatan pengelolaan hutan yang berbasis pemberdayaan masyarakat.

Dalam penanggulangan kemiskinan khususnya masyarakat desa hutan. program pelibatan masyarakat dari waktu ke waktu mengalami penyempurnaan baik dari sisi paradigma hingga metode dan tekniknya sehingga muncul program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) (Anonim 2007). Selain usaha peningkatan pengelolaan kehutanan, PHBM juga bermanfaat dalam membangun ketahanan sosial dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.

B. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui persepsi perempuan terhadap pengelolaan hutan dan pelaksanaan PHBM di KPH Perum Perhutani Unit II Bojonegoro, Jawa Timur

2. Mengetahui peran perempuan dalam PHBM melalui analisis terhadap :

a. Partisipasi perempuan dalam kegiatan PHBM

b. Pembagian kerja dan curahan waktu kerja perempuan dalam kegiatan PHBM

c. Kontribusi perempuan terhadap pendapatan rumah tangga

d. Pengambilan keputusan dalam rumah tangga

C. Manfaat penelitian

  1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti-peneliti dan pihak-pihak yang terkait seperti pemerintah khususnya Perhutani sabagai pelaksana PHBM sehingga penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dan rekomendasi untuk melibatkan masyarakat dalam mengelola hutan dan bagi penelitian seanjutnya
  2. Penelitian ini juga diharapkan dapat member gambaran sejauhmana peran perempuan dalam pembangunan kehutanan dan manfaat atas keikutsertaannya.




Pembimbing Skripsi : Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS




Berharap yg terbaik di penelitian gw ini ^.^




1 komentar:

  1. ini kan masih seputar proposal, boleh tau hasilnya???


    kbetulan gw jg pnelitiannya ttg ini..
    sekedar mau liat perbandingannya....
    gw anak manajemen hutan usu 2007
    thanks

    BalasHapus